27 Februari 2015

Perlukah Aku Berbicara Banyak Masalah Hati?

Mengingat apa yang sudah aku lalui hingga sejauh ini, lika-liku hidup, ratusan persimpangan juga keteguhan hati yang seringkali terombang ambing. Sadar, aku bukan apa-apa di mata Mu ya Tuhan. Saat tak ada seorang pun yang mengerti perasaanku, saat tak satu pun paham akan mauku.. hanya berbincang dengan Mu lah aku merasakan ketenangan batin yang luar biasa.
Termasuk berbicara masalah hati, hanya bersama Mu aku begitu leluasa berbagi keluh kesah yang dirasakan hati. Ya, meskipun tak berjawab tapi aku tahu Tuhan mendengarkan semua ungkapanku dan aku percaya akan ada rencana-rencana baik yang Tuhan simpan untukku. Sampai saat menulis ini aku masih dalam keadaan bimbang. Perasaanku yang sejak dari tadi kalut seakan semakin menjadi-jadi ditambah gerak pikirku yang tak berarah.
Yang pasti, aku sedang memutar ingatanku, mengenang kisah-kisah absurd nan indah yang terjadi bersama teman-temanku berjalan tiga tahun ini. Tawa kecil hingga rasa sebal tak terhindar kala mengingat perjalanan kami. Tapi apapun itu, akan ada tempat tersendiri di hati dan memori otakku untuk hal yang teramat istimewa ini. Kelak di masa yang akan datang aku berharap Tuhan memberiku kesempatan mempunyai keluarga kecil, dan akan aku ceritakan kepada mereka kalau aku pernah begitu bahagia melalui perjalanan panjang mencari jati diri bersama teman-temanku..

Namun ada yang lain, yang membuatku begitu kalut. Aku tak paham bagaimana mengartikan keadaan ini, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu. Berada di posisi ini benar-benar menerbangkan ingatanku pada masa sulit dimana sakit hati bukan disebabkan karena orang lain semata, tapi karena diri kitalah yang membiarkan keadaan itu menyakiti kita. Tak jujur, tak saling mengungkapkan, bersama tapi tak pernah tau ada perasaan berbeda di dalamnya. Perih bukan? Salah siapa? Mari introspeksi diri
Jika boleh meminta Tuhan, aku ingin saat ini, saat dimana aku membutuhkan seseorang untuk menguatkanku. Aku ingin sosok itu nyata. Sosok yang mampu membuatku nyaman, sosok baik, menguatkan, mendukungku, membantuku dan menemaniku memperjuangkan masa depan. Sampai saatnya aku berhasil menjadi sosok kebanggaan kedua orangtuaku.
Ku tau tak mudah, tapi akan ada kepuasan tersendiri ketika aku berhasil memperjuangkan mauku. Tapi semua itu adalah kosong jika tanpa sosok pendukung. Yang memberikan pundaknya saat aku lelah berjuang, memberi semangat saat aku rapuh, dan di sampingku bahkan dalam keadaan terburukku.
Buat kamu yang aku maksud, aku mau kita sama-sama berjuang. Semua memang tidak mudah, tapi kalau Tuhan mau kita akan bersatu. Semua butuh proses, kita sama-sama punya prioritas dalam hidup dan ada saatnya semua yang kita perjuangan akan berbuah manis. Aku memang tidak pernah bicara banyak masalah hati, tapi yakinlah aku tidak main-main. Aku lebih suka menyebut namamu dan berbicara masalah hati dalam perbincangan panjangku bersama Tuhan. Setiap pertemuan adalah goresan baru dalam kertas putih. Dan aku berharap tak ada penghapus yang mampu menghilangkan hari-hari menyenangkan yang pernah kita lalui.
Jadi, bahagia itu sederhana. Bisa menatapmu, sedekat waktu itu, meskipun tak kau sadari, Sekarang aku paham, kamu memang berbeda, dan kamu memang pantas merenggut perhatianku tanpa sisa. Aku tau ini bodoh, terlalu banyak perasaaan asing yang mulai menguras hari-hariku dan hari-harimu. Ada banyak cerita yang sepertinya tak mampu diwujudkan lewat kata, karena terlalu rumit untuk dijelaskan. Perasaan itu berlomba-lomba merusak hati dan otakku, hingga aku malu menyebutnya… rindu.
Karena mulai nyaman pada hangat sapamu lewat pesan singkat, terlalu cepatkan jika aku menyebutnya cinta? Aku tak pernah berharap semua ini (mungkin) hanya ilusi. Aku tak percaya tentang cinta tanpa tatapan mata juga tanpa genggaman tangan yang belum saling bersentuhan. Tapi, entah mengapa, aku merasa takut kehilanganmu. Aku tau, aku tak punya apapun yang pantas kubanggakan. Namun atas semua yang terkesan maya namun terasa nyata ini; aku jatuh cinta.
Ini sudah frasa kata kesekian yang aku rangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Ada sebab yang tak ku mengerti. Namun, ada banyak harapan yang tak mungkin aku bahas disini. Jika boleh meminta.. jadilah masa depanku.

0 comments: