27 Februari 2015

Semua ini Membingungkan Bagi Ku

Saat aku mengenal mu hati ini merasa ada yang hampa, tapi apa, aku tak mengetahui apa yang membuat hati ini hampa?. Disaat aku mulai beranjak dewasa aku pernah mendengar bahwa berpacaran itu adalah hal yang positif tapi setelah medengar perkataan dari teman teman ku berpacaran itu memang ada sisi positif dan sisi negatif dan itu tergantung orang yang merasakannya, jadi aku berkata pada diriku keropi kamu harus konsentrasi pada pelajaran bukan hal hal yang dapat membuat mu merasa dirugikan nantinya.
Setelah pulang sekolah dan sampai di rumah aku beristirahat sejenak dengan memikirkan imajinasi/khayalan yang dapat membuat ku sedikit terasa tenang karena sewaktu sekolah tadi pelajaran yang dipelajari semua menguras otak ku dan benar benar membuat bingung itu bisa sedikit terobati.
Tak terasa hari sudah sore dan ku lihat jam di hp telah menunjukkan pukul 16.35 dan tiba tiba hp ku berbunyi dan ternyata ada yang mengirim pesan, sontak dengan perasaan gembira dan tak karuan ini membuat ku salah tingkah dan ku baca ternyata dia juga ada rasa sama diri ku yang sebelumnya aku telah smsan ya itu rahasia ya, tapi ada juga perasaan yang membuat aku sedih karena pada waktu itu dia masih berpacaran dengan teman ku dan itu membuat ku bingung.
Setelah sekian banyak hari berlalu dia yang pernah membuat ku merasakan itu cinta dan dia juga yang telah membuat ku merasakan bagaimana rasa nya sakit hati, dia telah menjaga jarak dari ku dan tidak pernah lagi smsan atau pun sedikit mengobrol di kelas, aku merasakan sakit hati yang teramat dalam setelah mendengar apa yang seharusnya dia katakan langsung kepada ku dan seharusnya tidak memberiku harapan untuk menyukainya dari mulut sahabat ku sendiri, setelah mendengar apa yang membuat aku sakit hati aku langsung berkata pada diriku, “keropi kamu itu seharusnya tidak menyukai dia kamu itu seharusnya tidak mengatakan hal itu dan kamu itu sudah sepatutnya untuk membenci dan tidak mempercayai dia yang berwajah malaikat tapi berhati tidak jujur itu”, dan saat aku mengatakan hal itu pada diri ku sendiri aku menjauhinya dan berusaha melupakannya namun itu semua sia sia, aku tetap tidak bisa melupakan rasa itu untuk waktu yang lama tapi aku dan dia masih tetap sahabatan.

Perlukah Aku Berbicara Banyak Masalah Hati?

Mengingat apa yang sudah aku lalui hingga sejauh ini, lika-liku hidup, ratusan persimpangan juga keteguhan hati yang seringkali terombang ambing. Sadar, aku bukan apa-apa di mata Mu ya Tuhan. Saat tak ada seorang pun yang mengerti perasaanku, saat tak satu pun paham akan mauku.. hanya berbincang dengan Mu lah aku merasakan ketenangan batin yang luar biasa.
Termasuk berbicara masalah hati, hanya bersama Mu aku begitu leluasa berbagi keluh kesah yang dirasakan hati. Ya, meskipun tak berjawab tapi aku tahu Tuhan mendengarkan semua ungkapanku dan aku percaya akan ada rencana-rencana baik yang Tuhan simpan untukku. Sampai saat menulis ini aku masih dalam keadaan bimbang. Perasaanku yang sejak dari tadi kalut seakan semakin menjadi-jadi ditambah gerak pikirku yang tak berarah.
Yang pasti, aku sedang memutar ingatanku, mengenang kisah-kisah absurd nan indah yang terjadi bersama teman-temanku berjalan tiga tahun ini. Tawa kecil hingga rasa sebal tak terhindar kala mengingat perjalanan kami. Tapi apapun itu, akan ada tempat tersendiri di hati dan memori otakku untuk hal yang teramat istimewa ini. Kelak di masa yang akan datang aku berharap Tuhan memberiku kesempatan mempunyai keluarga kecil, dan akan aku ceritakan kepada mereka kalau aku pernah begitu bahagia melalui perjalanan panjang mencari jati diri bersama teman-temanku..

Namun ada yang lain, yang membuatku begitu kalut. Aku tak paham bagaimana mengartikan keadaan ini, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu. Berada di posisi ini benar-benar menerbangkan ingatanku pada masa sulit dimana sakit hati bukan disebabkan karena orang lain semata, tapi karena diri kitalah yang membiarkan keadaan itu menyakiti kita. Tak jujur, tak saling mengungkapkan, bersama tapi tak pernah tau ada perasaan berbeda di dalamnya. Perih bukan? Salah siapa? Mari introspeksi diri
Jika boleh meminta Tuhan, aku ingin saat ini, saat dimana aku membutuhkan seseorang untuk menguatkanku. Aku ingin sosok itu nyata. Sosok yang mampu membuatku nyaman, sosok baik, menguatkan, mendukungku, membantuku dan menemaniku memperjuangkan masa depan. Sampai saatnya aku berhasil menjadi sosok kebanggaan kedua orangtuaku.
Ku tau tak mudah, tapi akan ada kepuasan tersendiri ketika aku berhasil memperjuangkan mauku. Tapi semua itu adalah kosong jika tanpa sosok pendukung. Yang memberikan pundaknya saat aku lelah berjuang, memberi semangat saat aku rapuh, dan di sampingku bahkan dalam keadaan terburukku.
Buat kamu yang aku maksud, aku mau kita sama-sama berjuang. Semua memang tidak mudah, tapi kalau Tuhan mau kita akan bersatu. Semua butuh proses, kita sama-sama punya prioritas dalam hidup dan ada saatnya semua yang kita perjuangan akan berbuah manis. Aku memang tidak pernah bicara banyak masalah hati, tapi yakinlah aku tidak main-main. Aku lebih suka menyebut namamu dan berbicara masalah hati dalam perbincangan panjangku bersama Tuhan. Setiap pertemuan adalah goresan baru dalam kertas putih. Dan aku berharap tak ada penghapus yang mampu menghilangkan hari-hari menyenangkan yang pernah kita lalui.
Jadi, bahagia itu sederhana. Bisa menatapmu, sedekat waktu itu, meskipun tak kau sadari, Sekarang aku paham, kamu memang berbeda, dan kamu memang pantas merenggut perhatianku tanpa sisa. Aku tau ini bodoh, terlalu banyak perasaaan asing yang mulai menguras hari-hariku dan hari-harimu. Ada banyak cerita yang sepertinya tak mampu diwujudkan lewat kata, karena terlalu rumit untuk dijelaskan. Perasaan itu berlomba-lomba merusak hati dan otakku, hingga aku malu menyebutnya… rindu.
Karena mulai nyaman pada hangat sapamu lewat pesan singkat, terlalu cepatkan jika aku menyebutnya cinta? Aku tak pernah berharap semua ini (mungkin) hanya ilusi. Aku tak percaya tentang cinta tanpa tatapan mata juga tanpa genggaman tangan yang belum saling bersentuhan. Tapi, entah mengapa, aku merasa takut kehilanganmu. Aku tau, aku tak punya apapun yang pantas kubanggakan. Namun atas semua yang terkesan maya namun terasa nyata ini; aku jatuh cinta.
Ini sudah frasa kata kesekian yang aku rangkai menjadi kalimat, dan entah mengapa sosokmu selalu berada disana. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Ada sebab yang tak ku mengerti. Namun, ada banyak harapan yang tak mungkin aku bahas disini. Jika boleh meminta.. jadilah masa depanku.

16 Februari 2015

Pitology

Saya orang yang punya banyak hutang.  Maksud saya hutang budi. Hutang baca dan hutang tulisan juga ada, namun itu sekadar proyek pribadi. Hutang duit sih rahasia. Dan masalah  hutang budi, saya sepakat bahwa soal itu adalah perkara yang sulit tagih dan lunasnya. Akadnya juga demikian. Namun saya penghutang yang tahu diri. Kini atau kelak, sekarang atau nanti, saya akan bayar hutang itu pelan-pelan.

Saya bicara soal seorang kawan, sekaligus guru. Sosok yang membuat saya berhutang budi kepadanya. Sosok yang menawarkan saya ragam cara pandang baru untuk melihat hidup.  Menertawakan hidup yang getir, sekaligus menjalaninya dengan berani. Kawan saya ini juga mengajarkan saya tentang bagaimana menulis. Secara teknik maupun soal bagaimana menggairahinya.

Medio Juni 2010, kami berkenalan. Tentu lewat media yang kami puja sekaligus paling sering kami rutuki: internet. Melihat minat sekaligus betapa belepotannya saya menulis, ia tertarik mengajari. Dan akhirnya saya ikut di kelas menulis online yang gratis sekaligus galak.  Saya adalah gabungan murid yang rajin salah ketik, gagap teknologi, kaku merumuskan gagasan, sekaligus abai di tanda baca. Kawan saya itu, guru saya itu, dengan caranya yang unik mengajari  saya keras-keras di fitur chatting sebuah situs jejaring.

Mengingat reputasinya, tentu ia bukan guru yang asal. Ia sudah bergelut di dunia tulisan sedari lama. Tapi saya yakin, tak akan kamu jumpai namanya di kelas-kelas menulis berbayar, di jurnal-jurnal, atau di forum-forum yang kaku. Tapi ia selalu ada di lingkaran orang-orang keren. Begawan-begawan dunia maya. Di usia yang 19 tahun, ia sudah menerjemahkan buku tulisan Dostoyevsky. Tak lama, ia  menerjemahkan salah satu buku yang dikeluarkan penerbit yang karib dengan tema-tema subversif. Sisanya, ia menulis freelance. Terkadang cuma sekadar "bermain-main” menuntaskan kesenangan pribadi. Tapi yang jelas, ia  benar-benar hidup dengan menulis.

Hal menarik yang ia tawarkan pada saya adalah keberanian. Bagaimana berani mengkaji ulang pemahaman yang selama ini sudah tertanam di balik tempurung kepala karena nilai-nilai yang disepakati sedari kecil. Juga soal bagaimana menerima perbedaan. Banyak hal lain sebenarnya yang ia sampaikan dengan caranya yang unik, di sela-sela kelas menulis kami.

Sampai suatu ketika, saya merasa cukup. Saya bukan tipikal orang yang mudah puas belajar, sebenarnya. Namun saya merasa, apa yang ia sampaikan sudah banyak. Dan saya akan memanfaatkan bekal yang saya peroleh darinya untuk menggali hal-hal baru. Itu akan lebih membuat saya merasa berkembang.

Pernah dengar kisah Palgunadi? Dia adalah seorang  dari kasta rendah yang hendak belajar memanah pada Begawan Durna. Karena Durna hanya mengajar trah ksatria,  Palgunadi  ditolak. Ia pun lantas membuat patung Begawan Durna, dan diletakkannya di dekatnya saat ia berlatih memanah sendirian. Seolah-olah, ia berlatih dalam pengawasan Durna.

Saya barangkali bisa mengibaratkan laku Palgunadi itu. Kini, setiap menulis, saya seringkali teringat saat diomeli, di”bentak”, sekaligus digerutui oleh kawan sekaligus guru saya itu. Namun saya sepakat, apa yang ia lakukan semata-mata demi kebaikan.

“Sorry, gue orangnya berantakan. Tapi untuk menulis, gue rapi”. Itu yang sering ia bilang.
Atau seperti ini, “ Nyeeettt!! Itu tanda baca gak bener juga! Tanda baca itu common sense kok”.  Saya hanya tergelak cengengesan di depan monitor.

Sekali lagi, saya orang yang risih sebenarnya kalau punya hutang, apalagi hutang budi. Jadi saya harus membayar pelan-pelan. Untuk kasus ini, saya akan membayarnya dengan terus menulis. Meski soal hal-hal yang barangkali tidak penting. Barangkali itu bisa jadi bagian membayar hutang saya.  

Kisah Pejalan yang Terlampau Jauh


Ketika kehidupan sudah sedemikian karib dengan nilai-nilai dan kesepakatan yang bermuara pada kepalsuan, apa yang hendak kamu lakukan? Muak, lalu mengumpat dan bersumpah serapah? Mengikuti arus dan berserah? Atau menciptakan counter culture sendiri, yang terkesan utopis dan semacam onani konyol? Entahlah. Banyak hal yang mungkin bisa kita lakukan, salah satunya meninggalkan itu semua dengan proses transaksi internal yang bulat, bahwa apapun yang kita jalani adalah pilihan sendiri, pantang mengeluh dan menyalahkan orang lain. Sisanya, bersenang-senang merayakan kehidupan. Ya, bersenang-senanglah. Jalani hidup dengan berani.


Seperti yang dilakukan oleh Christopher McCandless di film Into The Wild, besutan sutradara kawakan Sean Penn, yang bertolak dari buku karya John Krakauer dengan judul yang sama. Film yang bermula dari kisah nyata ini menceritakan petualangan seorang pemuda bernama Christopher McCandless, 22 tahun, yang meninggalkan banyak hal yang lazim ditempuh oleh orang kebanyakan, sebab ia terlampau jenuh sekaligus muak dengan nilai-nilai yang disepakati masyarakat secara umum, sadar ataupun tidak.


Chris - begitu ia biasa dipanggil-, adalah seorang pemuda Amerika yang baru saja menamatkan studinya di Emory University dengan nilai memuaskan, sehingga punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan bergengsi di Havard University. Tapi alih-alih melanjutkan sekolahnya, selepas wisuda, Chris malah membuat sebuah keputusan yang mencengangkan. Ia memutuskan untuk meninggalkan semua yang ia miliki. Ia hendak memulai sebuah babak kehidupan yang baru. Menjadi seorang pengembara. Seorang pejalan. Jauh, terlampau jauh. Alaska yang dingin adalah perhentiannya.


Maka Chris, selayaknya seorang manusia baru, mengganti namanya menjadi Alexander Supertramp. Alex, si gembel super. Ia menguras tabungannya sebesar 24.000 dollar untuk kemudian disumbangkan ke Oxfam, sebuah lembaga sosial. Uang tunainya juga ia bakar, segenap kartu identitas ia gunting dan rusak. Alex, si Christopher McCandless yang baru, meninggalkan lingkaran orang-orang terdekatnya dengan kekecewaan sekaligus sebuah perasaan baru untuk mengarungi hidup. Kekecewaan terhadap keluarganya yang kelewat matrealistis, juga terhadap tatanan sosial yang dirasanya penuh kepalsuan.


Perjalanan Alex sebagai seorang manusia baru semakin berwarna setelah di jalan ia berkenalan dengan banyak orang yang menarik. Bukannya mengurungkan niatnya untuk mengembara, Alex justru semakin antusias untuk mengembara setelah bertemu dengan orang-orang itu. Bertemu pasangan hippies bernama Rainy dan Jan Burnes, Wayne Westerberg si petani gandum yang akhirnya ditangkap polisi, juga seorang veteran bernama Ronald A Franz yang hendak mengangkatnya sebagai cucu.



Dalam perjalanannya, Alex ditemani buku catatan harian yang merekam setiap jejak dan renungan-renungannya. Alex juga setia membawa dan membaca buku-buku karangan Leo Tolstoy, Jack London, dan Boris Pasternak. Perjalanan Alex berakhir di sebuah bus rongsokan yang teronggok di Alaska. Di sana Alex, menghabiskan usianya. Di bus itu, yang disebutnya "Magic Bus", Alex menandaskan renungan-renungan soal perjalanan hidupnya sambil tetap bertahan hidup di Alaska sendirian. Ya, sendirian. Berkawan dengan dinginnya udara Alaska, sekawanan rusa, jernihnya sungai, dan pohon-pohon hijau. 

Sean Penn menggarap film ini dengan penuh detail. Sangat detail. Tak ayal, film ini riuh oleh bermacam kategori nominasi award. Akting-akting pemerannya sangat natural, dialognya terasa nyata dan jauh dari unsur dibuat-buat. Khusus untuk Emili Hirsch, pemeran Alex sekaligus Chris, ada apresiasi tersendiri. Ia berhasil mendalami karakter yang dibalut perasaan getir memandang hidup, kecewa, tapi juga menyimpan sorot mata keberanian mengarungi hidup dengan mengharu biru. Sean Penn juga brilian memainkan alur, yang campuran antara alur flashback dan alur maju. Timingnya pas. Penn juga tidak mengkultuskan sosok Chris sebagai seorang hero, tapi sebagai anak manusia yang penuh dengan segala kemungkinan untuk menjadi naif sekaligus menjadi bijak. 

Film ini juga dibagi dengan chapter-chapter, sebagaimana bukunya. Pengambilan gambarnya yahud, belum lagi ditambah scene-scene yang mengambil capture pemandangan di kawasan Alaska, begitu memanjakan mata. Film semakin istimewa dengan soundtrack yang diisi oleh suara Eddie Vedder, dedengkot Pearl Jam itu. Suaranya berat, berkarakter dan penuh keharuan. Tanpa malu-malu, saya bahkan sempat meneteskan airmata ketika lagu berjudul Society dimainkan pada saat  scene Alex sedang berjalan melanjutkan kembaranya. Society, crazy indeed. I hope you're not lonely without me. 

Berbulan-bulan dalam mengarungi kesendirian di Alaska, Alex akhirnya harus berhenti. Tubuhnya semakin kurus dan kotor. Daya tahan tubuhnya menurun. Tapi semangatnya menjani hidup tanpa keluhan tetap tak surut. Ia meninggal setelah diduga mengkonsumsi kentang beracun. Mayatnya ditemukan oleh sekawanan pemburu sekitar satu minggu setelah kematiannya, di dalam bus yang ditinggalinya, tergolek di dalam kantung tidur yang dijahit oleh ibunya. Agak sedikit mengecewakan untuk sebuah ending film. Tapi ini kisah nyata, dan demikianlah keadaannya.

Perjalanan Chris ibarat sebuah laku asketik seorang pemuda naif. Di akhir hidupnya, sebelum maut menjemput, ia menuliskan sebuah kalimat yang dikutipnya dari novel Doctor Zhivago karangan Boris Pasternak. Ibarat sebuah kalimat pencerahan seorang pertapa dengan bus rongsokan sebagai pohon bodhi-nya. Bunyinya, "Happines only real when shared".

15 Februari 2015

Kesetiaan Separuh Jalan

Hari itu ketika ia dilahirkan dari rahim seorang wanita paruh baya, tangisan darinya mengundang haru kedua orang tuanya. Ketika itu juga disaat ia belum melihat dunia yang baru saja menyambutnya setelah perjanjian dengan Tuhan telah disanggupi. Suara adzan dari bibir ayah tercinta adalah hal pertama yang sengaja diperdengarkan tepat didepan kedua telinga. Lalu diciumnya kening sang istri sembari memeluk harapan yang baru saja dianugerahkan kepada mereka. Rasa sakit yang teramat sangat, keringat yang bercucuran dengan derasnya, dan darah yang mengalir kini terbayar sudah dengan lahirnya si buah hati. Gelisah dalam penantian, resah yang mengganggu jiwa, dan khawatir yang menggerogoti hati kini telah diusir pergi oleh pelukan sang istri disertai kerasnya tangisan seorang bayi perempuan.

Larut dalam bahagia tak menyadarkan mereka bahwa malam telah datang menghapus terang dan mulai menampakkan kegelapan. Walau demikian, mereka sedikitpun tiada gentar menghadapi kenyataan karena keyakinan mereka bahwa dia adalah lentera yang dapat memancarkan sinar terang dalam kegelapan. Hari demi hari silih berganti, putaran waktu takkan pernah berhenti hingga “ Nina Anugerah Qita ” adalah nama yang diberikan ayah kepadanya. Lengkap sudah kebahagiaan yang lama dinantikan, terpenuhi sudah balasan atas kesetiaan dalam suatu ikatan yang sah. Umur Nina kian bertambah artinya sisa hari-harinya didunia terus berkurang sampai “ kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa..hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia ” merupakan lagu lama yang baru pertama kali diperdengarkan dan mencoba terus untuk dinyanyikan. Airmata bunda tak tertahankan ketika Nina melantunkan lagu itu dengan senyuman tulus menyertai setiap syair lagu yang dinyanyikannya. Lalu rasa haru menyesakkan dada sang ayah tercinta disela kesibukannya mencari nafkah untuk hidup mereka. Airmata dan rasa haru tercampur menjadi satu membentuk harapan akan kebaktiaan seorang anak terhadap orang tua yang takkan pernah pudar rasa kasih sayang serta cinta kepada anaknya.

Suatu malam, ketika Nina mulai beranjak remaja. Musibah datang menimpa keluarga bahagia. Tiadalah hati dapat menyangka bahwa apa yang dilakukan ayah menghadirkan musibah yang mengharuskan mereka terpisah. Airmata menetes lagi, rasa haru hadir kembali sebab ayah terpaksa pergi untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang dilakukan meski demi menghidupi keluarga yang dicintai. Ayah kini telah pergi meninggalkan sang istri, ayah juga pergi meninggalkan Nina yang tidak lagi bayi. Hari-hari mulai berat dijalani, segala masalah yang datang terasa menyudutkan. 

Namun kesetiaan seorang istri dalam menanti, dan kebaktian seorang anak dalam berbuat adalah kekuatan untuk menjaga keutuhan hubungan dari ganasnya godaan. Setiap hari, setiap malam, dan setiap bunda sendiri, airmatanya berlinang mengingat semua yang pernah dilakukan bersama suami tercinta sampai buah hati mereka sebesar ini. Ia mengingat ketika pertama menjalin cinta, ia tak lupa saat-saat tertawa bersama, ia mengingat ketika pertama mendengar tangisan dari Nina, ia takkan lupa pengorbanan yang dilakukan suami untuk dirinya sebelum dan setelah hadirnya Nina. Lagu yang pernah mereka nyanyikan bersama pun tidak lepas dari ingatan bunda bahkan tak jarang ia menyanyikannya dalam duka dan kesendirian.

Nina yang kini remaja mulai mengenal yang disebut cinta. Nina juga sering bercerita kepada bunda tentang lelaki yang dapat membuatnya merasakan tenang dan damai dalam hatinya. Bunda hanya terdiam mendengarkan tanpa dapat memberi tanggapan dan ia hanya melanjutkan hidup yang terbuai harapan. Anton, adalah laki-laki yang dimaksudkan Nina. Anton adalah laki-laki yang berlatar belakang hampir sama dengan Nina. Selain itu Anton juga merupakan lelaki yang hidup dengan apa adanya dan ia sama sekali tidak pernah mempermasalahkan keadaan keluarga yang diceritakan Nina kepadanya. Anton mencintai Nina dengan tulus, begitu pun Nina pada saat itu. Disela kesendirian bunda dalam menanti kedatangan suami tercinta, Anton dan Nina semakin menampakkan keutuhan hubungan mereka. Hubungan yang banyak menghadirkan rasa iri dari teman-teman yang mengenal mereka. Bahkan tidak sedikit orang yang mengatakan mereka adalah jodoh karena memandang kemiripan yang ada pada wajah mereka berdua. Hal-hal seperti itulah yang semakin pula memperkuat hubungan yang mereka bina bersama.

Tiga tahun berlalu, disaat ibu masih setia menunggu kehadiran suami tercinta. Cinta Anton dan Nina belum tergoyahkan walau Nina tak jarang mempermainkan cinta dan sayangnya Anton. Namun karena cinta yang tulus dan sayang yang begitu besar dan mengingat setiap pengorbanan yang pernah dilakukan, sesering apapun Nina membagi hatinya kepada laki-laki lain, Anton selalu bisa memaafkan dan mempertahankan keutuhan hubungan mereka. Suatu hari, Anton merencanakan sebuah kejutan yang nantinya akan diberikan kepada Nina pada hari ulang tahunnya yang ke_21. Anton dengan cinta tulusnya mulai menyisihkan sedikit dari uang sakunya yang memang tak banyak untuk ditabung. Hari-hari Anton selalu dihiasi bayangan akan kebahagiaan yang dirasakan Nina ketika nanti ia menerima kejutan darinya. Anton bahkan sering membuat teman-temannya bingung akan kelakuannya belakangan ini. Ia lebih sering tersenyum sendiri dan kata-kata yang keluar dari bibirnya adalah kata-kata yang tidak biasanya. Melihat tingkah Anton yang berbeda dari sebelumnya, Bimo yang merupakan teman baik Anton secara spontan bertanya kepadanya. “ Kejutan apa lagi yang akan kamu berikan kepada Nina disaat dia terus-terusan menyakitimu ? ” ucapnya dengan pandangan sedikit sinis. 

Anton yang mendengar pertanyaan itu pun dengan tenang menjawab, “ Sesering apapun Nina menyakitiku, seperih apapun hatiku, dan sebesar apapun kecewa yang kurasakan. Rasa sayang dan cintaku kepada Nina jauh lebih bisa kurasakan dan rasa itulah yang selama ini menguatkanku !! ”. Bimo tidak berhenti sampai disana, merasa belum puas ia kembali melontarkan kalimat tanya kepada Anton . “ Ooh yaa, jadi kamu mempertahankan Nina yang selama ini membagi hatinya untuk laki-laki lain hanya karena rasa sayang dan cintamu yang besar ? Apa balasan atas besarnya sayang dan cintamu kepada Nina ? Ngga’ ada Ton, ngga’ ada !! ” ucapnya kembali dan kali ini ia bertanya dengan raut muka yang kecewa. Seperti pertanyaan pertama, Anton menjawabnya dengan tenang bahkan lebih tenang, “ Iya, aku akan terus mempertahankan Nina sampai nanti aku merasa tidak mampu lagi untuk mempertahankan dia dihatiku. Aku juga tidak pernah mengharapkan balasan apapun atas besarnya sayang dan cintaku kepada Nina. Bim, hatikulah yang memilih dia, bukan ragaku. Mungkin itu yang membuat aku melakukan semua ini !! ”. Lantas apa bedanya dengan kita Bim, kamu yang terus menerus menemaniku saat susah ataupun senang sampai kamu rela mengorbankan jiwa dan ragamu hanya untuk mempertahankanku didekatmu ? Balasan apa yang pernah kamu dapatkan dariku atas semua pengorbanan itu Bim ? ngga’ ada Bim, belum ada !!, ucap Anton kepada Bimo. 

Bimo yang merasa ditampar oleh perkataan Anton hanya bisa terdiam merenungkan perkataan yang keluar dari bibir Anton. Ia sadar bahwa perkataan Anton terhadap dirinya memang ada benarnya, setiap apa yang kita lakukan tidak sepenuhnya berharap ada balasan. Dan mulai saat itu Bimo tidak lagi berkata apa-apa tentang kelakuan Anton. Melihat Bimo terdiam, Anton tidak tinggal diam. Anton mengajak Bimo untuk pergi ke sebuah toko emas. Anton dan Bimo kemudian memesan sepasang cincin bertuliskan nama Anton dan Nina. Setelah ia selesai memesan, mereka kembali pulang dengan senyuman menghiasi wajah keduanya. Bimo yang tadinya mendesak Anton untuk meninggalkan Nina berubah mendukung dan Anton yang tadinya senang bertambah gembira.

Tiga hari berselang, tepat pada hari ulang tahunnya Nina yang ke_21. Anton pergi ke toko emas yang telah didatangi sebelumnya untuk menebus cincin yang dipesan tiga hari yang lalu. Ketika cincin sudah ditangan, Anton tidak langsung pulang. Ia bergegas memutar laju sepeda motor yang dipinjamnya dari Bimo dan mengarahkannya ke sebuah toko bunga yang jaraknya 20 menit dari toko emas tadi. Disana, ia membeli dua tangkai bunga mawar yang masih segar dan dimintanya si penjual untuk mengemas bunga mawar tersebut dengan rapi. Cincin dan bunga kini sudah ditangan, sekarang tinggal menunggu Nina datang padanya. Nina yang ditunggu akhirnya datang, dan apa yang diberikan Anton membuat Nina merasa sangat bahagia lalu memeluk Anton dengan eratnya. Anton pun merasa senang karena usaha yang dilakukan telah bisa membuat Nina bahagia menerima pemberiannya.

Anton yang bahagia tiba-tiba terkejut mendengar kabar Nina yang telah lima bulan menjalani hubungan secara diam-diam dengan seorang laki-laki yang jauh lebih bisa menjamin hidupnya kedepan dibandingkan Anton yang harus susah payah menabung guna membeli sesuatu untuk Nina. Anton mencari kebenaran akan kabar yang didengarnya, dan ternyata benar. Atas pengakuan Nina sendiri, Anton merasa sangat tersiksa. Siksaan yang dirasakan Anton kian bertambah ketika Nina berkata bahwa ia tidak lagi punya cinta ataupun sayang kepada Anton walau itu Cuma sedikit. Anton yang senyum kini menangis, Anton yang berusaha kini sia-sia, dan Anton yang bahagia kini berduka. Namun apalah daya, Anton dengan berat harus berusaha meninggalkan Nina yang dulu dipatok sebagai calon istri bahkan Nina dengan tenang menyarankan kepada Anton untuk melupakan dirinya sebab Nina telah menemukan Anton yang dahulu pada laki-laki yang bersamanya saat ini. Anton pun dengan terpaksa meninggalkan Nina, tapi tidak hatinya karena dalam hati Anton bahkan yang terdalam sekalipun masih ada Nina yang sulit tergantikan oleh wanita lain.

Seiring waktu terus berlalu, selagi bunda masih setia menunggu, dan selama Nina tenggelam dalam kebohongan yang entah kapan ia memulainya, nyatanya ia telah mahir. Anton sekarang menjalani sisa hidupnya dalam duka yang bercampur kecewa melihat dan mendengar kebahagiaan yang dijalani Nina dengan kekasih barunya. “ Bunda, Anton mohon maaf atas semua kesalahan Anton selama bersama Nina dan Anton bangga telah sempat menjadi bagian dari keluarga bahagia ini ”, ucap Anton kepada bunda Nina dalam satu pesan singkat bersama airmata yang membasahi pipinya. Bunda hanya terdiam saat mengetahui semuanya dan berdo’a untuk kebaikan mereka berdua. Semoga do’a bunda dapat dikabulkan oleh Tuhan, seru Anton dalam hati yang masih berharap sambil melangkahkan kaki lalu pergi.

Demikianlah kisah Anton dan Nina yang berhasil diabadikan dalam ingatan dan dituangkan dalam bentuk tulisan oleh sang penulis cerita dalam “ Kesetiaan Separuh Jalan ”. Semoga kisah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap kita yang menyempatkan diri membacanya. Amin Yaa Rabbal Alamin.........

Di Sempadan Hijab

Kepalaku terasa sakit, aku berdiri dan membuka mataku perlahan-lahan cuba melihat keadaan sekeliling. Aku dikelilingi kepulan asap seakan-akan kepulan awan. Dimanakah aku berada? Baru sebentar tadi aku cuba untuk memetik bunga Ros yang cantik berwarna ungu. Aku bingung memikirkan apa yang telah berlaku. Jiwaku bercelaru.
“Jangan bimbang Hidayu.. aku yang bawa kamu kemari”, aku lantas berpaling kearah suara itu. Seorang lelaki perkasa berdiri di belakangku, tersenyum segak. Pakaiannya seakan-akan pahlawan kurun ke-15. “Kenapa awak bawa saya ke sini?”, soalku gentar. “Aku sudah lama perhatikanmu Puteri ku”, jawabnya jujur sambil menundukkan wajah ke tanah. “Tapi kenapa?”, soalan ku tidak terus dijawab. Dia lantas datang ke arah ku berwajah serius, “Kerana aku cinta kamu”. Aku membeliakkan mata. Dia tersenyum lalu memetik bunga Ros berwarna ungu yang berada di sebelah ku lalu memberikannya kepada ku. “Petiklah bunga ini jika kamu ingin bertemu dengan ku, keluarlah mengikut arah cahaya itu”, katanya sambil menunding jari ke arah cahaya putih yang menyilaukan mata. Aku memandang ke arah cahaya itu dan berpaling semula ke arahnya, dia telah pun ghaib dari pandangan. Aku yang masih lagi kebingungan lantas berlari melalui cahaya putih tadi. Mataku terasa sakit. Aku memejamkan mata, terasa pawana meniup halus melanggar pipiku. Aku membukakan mata, kelihatan kanak-kanak berlari anak dihadapan rumahku. Disinilah tempat terakhir aku berdiri sebelum di bawa ke sempadan hijab sana. Entah apa nama tempat tadi aku pun tak pasti, yang pasti aku masih lagi dalam kebingungan. “Kerana aku cinta kamu”, kata-kata itu masih terngiang-ngiang di telingaku. Siapakah pemuda tadi? Bila masa pula dia memerhatikan aku? Seingat aku, aku tak pernah pun melihat dia di kampung ini. Dalam aku berkira-kira akhirnya aku terlena.
Pagi itu setelah selesai menolong ibu mengemas dan memasak, aku pergi lagi ke belakang rumah. “Petiklah bunga ini jika kamu ingin bertemu denganku”, suara pemuda itu seakan angin yang meniup datang memperingatiku. Aku tercari-cari bunga Ros ungu itu. Aku harus bertemu dengan pemuda itu, aku mahu kan jawapan darinya. Mataku meliar tercari-cari bunga itu. Akhirnya mataku tertumpu ke arah bawah pohon beringin, bunga Ros ungu itu bercahaya seakan-akan memanggilku agar segera memetiknya. Aku mempercepatkan hayunan langkah, sampai sahaja betul-betul dihadapan bunga itu terus sahaja aku memetiknya. Terasa dingin menyelubungi diri, keadaan sekitar berubah seakan-akan berada di dalam sebuah taman yang cukup indah. “Assalamualaikum Puteriku”, suara pemuda kelmarin kedengaran lagi. Aku berpaling dan disambut senyuman manis olehnya. “Walaikumsalam”, aku hanya tersenyum tawar. “Aku tidak menyangka kamu akan kembali lagi ke sini Hidayu”, katanya sambil menyilangkan tangannya kebelakang. “Saya cuma nak penjelasan dari awak, kenapa awak cakap yang awak cintakan saya?”, soalku keliru. Senyuman manisnya dilemparkan ke arah air terjun yang sedari tadi turun mencurah-curah. Dia menarik nafas panjang sebelum memulakan bicara, “Aku sudah lama memerhatikanmu Hidayu, kau cantik dimataku”“Tapi saya tak nampak awak pun, kenapa selepas petik bunga Ros ungu baru boleh nampak awak?”, soalku bertalu-talu. “Kerana kita dipisahkan oleh dua hijab yang berbeza.. Namun cinta tak mengenal siapa”, jelasnya lagi. Aku terdiam mengerti. “Ayuh kita ke rumahku”, pelawanya tersenyum kacak. Aku hanya mengikutinya tanpa banyak bicara.
“Inikah gadis yang kau maksudkan itu Iskandar?”, soal seorang wanita separuh abad dihadapanku. ‘Oh, Iskandar namanya’, getus hatiku. “Ya bonda, inilah Hidayu gadis pilihanku”, jawabnya penuh adab sopan. “Kau harus mengerti, kita berlainan dunia anakku”, wanita itu seakan memujuk. “Tiadalah yang lain mampu untuk ku cintai bonda”, suara Iskandar mendatar. Aku hanya terdiam memandang kedua beranak itu berdialog. “Tak mengapalah marilah kita menjamu selera dahulu”, wanita itu mempelawa. Kami menuju ke dapur dan menikmati hidangan makanan tengahari, anehnya makanannya sama seperti makanan penduduk di dimensi ku. Terataknya juga sama, tidak jauh beza. Cuma pertuturan mereka seakan-akan di zaman Hang Tuah. Aku seakan teruja, langsung tidak menyangka dapat melihat sendiri kehidupan makhluk yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar ini. Subhanallah, begitu besar kuasa Allah pencipta.
Iskandar membawa ku bersiar-siar di taman, dia menghadiahkan ku sebentuk cincin emas yang sangat cantik. “Inilah tanda kasih ku padamu Hidayu”, katanya jujur tersenyum kacak menampakkan lesung pipit di pipi kiri nya. Aku hanya tersenyum dan seakan sudah jatuh cinta. Manakan tidak, dia melayani ku bagaikan seorang puteri. Tutur katanya lembut dan sopan. Ayat-ayat cinta yang keluar dari mulutnya membuatkan aku seakan dihanyutkan lautan samudera. “Hidayu, hari sudah petang eloklah kiranya kamu pulang dahulu”, katanya jujur. Aku hanya mengganguk tanda setuju dan mengikutinya ke tempat bercahaya terang itu. Aku berpaling memandangnya sebelum melangkah kearah cahaya, “Is, aku juga cinta padamu”. Ternampak garis-garis gembira pada riak wajahnya, aku berpaling dan berlalu pergi.
Aku muncul di bawah pohon beringin, nasib baik lah hari masih cerah. Kalau tidak Ibu dan Ayah pasti mengesyaki sesuatu. Aku cepat-cepat menuju ke rumah, Ayah dan Ibu masih di ruang tamu. “Ayu, kamu kemana? Dah dua hari asyik hilang macam tu aje, dah nak dekat maghrib baru nampak batang hidung”. Ayah sudah mula menyoal. “Ayu jalan-jalan ke rumah kawan”, jawab ku lalu terus masuk ke dalam bilik. “Jangan ke belakang rumah sudah, tempat tu bukannya elok”, kata Ibu pula menyambung. Aku hanya buat tak endah, biasalah orang tua-tua sengaja menakut-nakutkan anak mereka sebagai peringatan supaya berhati-hati.
Malam itu aku terus masuk tidur sedangkan keluargaku menjamu selera di dapur, aku mengenggam erat cincin pemberian Iskandar yang berbentuk seakan-akan bunga Ros ungu di belakang rumah. Wajah Iskandar menerpa di ruangan mata ku, senyuman manisnya menyerikan hidup ku dan cintanya memenuhi kekosongan hati ku. Iskandar sungguh istimewa, tidak ada seorang pun lelaki sepertinya. Dia sempurna di mataku.
Matahari menerjah di tingkap bilik menyilaukan mata ku, aku terus bangun bersiap-siap untuk bertemu dengan Iskandar kekasih hati. Melihatkan Ibu dan Ayah tiada, aku terus ke bawah pohon Beringin dan memetik lagi bunga Ros ungu untuk ke sebelah hijab sana. Iskandar masih setia menunggu ku di tempat yang sama, kami seakan terlena dibuai cinta dua dimensi yang berbeza. Begitulah setiap hari kami bertemu, sedar tak sedar sudah hampir sebulan kami memadu asmara, kasih ku padanya sudah tak terhitung banyaknya. Iskandar juga begitu, setiap saat berjanji untuk sehidup semati bersama dan meminta agar aku sentiasa setia dengan cinta kami.
“Hidayu, sudikah kamu menjadi suri hidupku?”, soalnya tiba-tiba. Aku hanya tersenyum malu lalu melangkah menuju ke arah air terjun yang jernih. Iskandar mengikuti ku dari belakang.“Mengapa kamu berdiam diri?”, soalnya seakan cemas. “Is. . saya beri jawapan esok boleh?”, kataku meminta kebenaran. Iskandar hanya mengganguk perlahan dan tersenyum manis tanpa memaksa. Itulah sikapnya yang membuatkan aku jatuh cinta. Dia benar-benar seorang lelaki yang budiman dan berpegang teguh pada ajaranNya. Setiap hari pasti aku diajak berjemaah bersama dia dan ibunya di rumah.
Malam itu selepas makan malam, aku terus melangkah laju ingin menuju ke kamar. Tiba-tiba sahaja Ayah memanggil ku. “Ayah nak tanya sedikit, ayu buat apa kat belakang rumah siang tadi?”, soal Ayah serius, Ibu yang duduk di sebelah Ayah pula tiba-tiba menitiskan air mata. “Ayu jalan-jalan Ayah”, jawabku tersekat-sekat. “Jangan tipu, ayah nampak Ayu pergi ke pohon beringin petik sesuatu.. tapi Ayah tak nampak pun apa yang Ayu petik, lepas tu tiba-tiba ghaib”, terang Ayah yang membuatkan ku terkedu seketika. Aku menelan liur. Tembelang ku sudah pecah. “Ayu tahu tak bawah pohon beringin tu tempat orang bunian?”, soal Ayah lagi. Aku hanya mengganguk tanda faham. “Maknanya Ayu dah jumpa orang di sebelah sana?” Aku mengganguk lagi. “Ayu tahu tak kalau ada yang berkenan dan kahwin dengan Ayu, mungkin Ayu tak boleh balik ke dimensi kita lagi?”, ayah memandangku sayu. “Pernah terjadi di dalam keluarga kita Ayu, nenek Su kamu tidak pernah lagi pulang ke sini sejak berkahwin dengan orang di sebelah sana”, ibu menambah. Kali ini aku terkejut besar, bagaimana kalau ianya terjadi kepadaku? Apakah aku sanggup meninggalkan keluarga sendiri demi cinta terhadap lelaki yang berlainan dimensi? Aku memandang sayu cincin pemberian Is, tak semena-mena air mataku jatuh membasahi pipi. Ayah menghampiriku dan mengusap lembut rambutku. Ibu juga datang menghampiri untuk melihat keunikkan cincin dimensi sana.
“Pulangkan semula cincin ini, Ayah doakan kamu selamat pulang”, ujar Ayah yang mengiringi ku ke pohon beringin. Aku memetik bunga Ros ungu lalu ghaib di mata Ayah. Iskandar hadir dengan sekuntum bunga Ros ungu, dia kemudiannya menghadiahkannya kepada ku.“Jawapanmu?”, soalnya tidak sabar. “Is, saya cintakan kamu”, kataku sayu. Tidak semena-mena air mata ku jatuh berlinangan.
Iskandar menghampiri dan mengusap lembut pipiku. “Mengapa?”, soalnya kehairanan.“Iskandar, kita berasal dari dua dunia yang berbeza.. saya tak mahu berpisah dengan keluarga”, jelas ku sayu. “Mana mungkin aku mampu hidup tanpa kamu Hidayu”, suara Is terketar-ketar menahan sebak. “Sungguh aku menyintaimu”, sambungnya lagi. “Saya pun begitu, tapi kita tak dapat melawan hukum alam sayang”, jelasku sambil mengesat air mata yang sedari tadi turun mencurah-curah. Lalu ku memulangkan semula cincin pemberiannya. “Hidayu, benarkah keputusan mu begitu?”, soalnya serius. Aku hanya mengganguk perlahan, esakan semakin kuat. Iskandar menghampiriku, dia memegang bahu ku lalu mengucup dahi ku tanda kasih. Aku memejamkan mata seeratnya, terasa titisan air mata Iskandar hangat membasahi dahi ku.
Aku membukakan mata, ternyata aku sudah kembali ke alam nyata. Ayah dan Ibu sedang menanti di belakang rumah, aku memandang sayu ke arah pohon beringin, tiada lagi Ros ungu disitu. Yang masih berbekas hanyalah titisan air mata Iskandar di dahiku. Sambil berlari anak menuju ke rumah, aku menangis semahunya. Hatiku hancur berkecai saat meminta perpisahan dari nya, aku terlalu menyayangi Iskandar. Ingin sahaja aku mengundurkan masa yang masih berbekas tadi menatap puas wajahnya yang bersih itu. Aku menoleh semula ke arah pohon beringin tadi. Ternyata Iskandar ada di situ melambai sayu, kelihatan titis-titis jernih terbit dari kelopak matanya. Semakin lama susuk tubuhnya semakin kabur lalu hilang dari pandangan. Sukarnya untuk ku berpisah denganmu Iskandar, ternyata cintamu berbekas di hatiku.

13 Februari 2015

Senandung Untuk Kau

Gelap sudah bergelayut disini, hujan menyisakan genangan genangan air di kolam kolam kecil di halamanku. Tapi aku masih saja mematung menepis kesunyian. Mulai ku julurkan telunjuk mengukir sisa sisa bayangmu di kaca yang berembun. Akhh aku lupa, aku lupa saat mulai membuat sketsa wajahmu karena semburat senja tadi menghalangiku menatap dirimu lebih lama. Tidak.. tidak.. ternyata memoriku jauh lebih kuat dari itu, bukan wajahmu yang aku lupa tapi seberapa lama aku mengenalmu yang aku lupa, karena detak jam dinding pun tak mau bercerita tentang sejak kapan kau tawarkan kehangatan itu padaku. Hey, untuk kau yang sedang pongah mengikuti dilema hidupmu. Dengarlah aku akan bercerita tentang sekeping hati yang ku sisakan untukmu. Benar, kau benar.. Sekeping hati itu tidak akan ku satukan pada sekeping hati yang masih rancu bagimu. Karena ada seonggok hati utuh yang telah kau genggam lebih dahulu. Tapi kenapa kau ragu? aku tidak akan meminta mu memungut kepingan hati itu untukku. Aku hanya meminta kau biarkan saja kepingan hatiku berkelana sesuka hatinya sampai waktu menghentikan langkahnya. Tahu kah kau, buah kata yang akan ku lantunkan di setiap sembah sujudku kepada Sang Pembolak balik hati. Ya tentu, tentu ada namamu, ada doa ketentraman dan kesehatan untukmu. Akhh andai kau tahu, saat ini aku tidak pernah punya angan jauh bersamamu, dapat melihatmu tersenyum saja sudah melepaskan gundahku. Aneh memang, jangankan kau.. aku saja bingung dengan perasaan ku. Aku tak ingin memiliki mu hari ini, tapi aku ingin kau tetap ada disini menjadi senandung tidurku. Biarlah sayapku kembang dengan bayangmu. Sungguh indah, benar-benar indah rasa ini. Tuhan memberikan aku sebuah rasa keikhlasan yang lebih kuat dari rasa inginku. Tuhan pun mengulurkan tanganNya dengan murah hati untuk menampung rasa yang telah aku titipkan padaNya. Aku tak pernah takut, aku tak pernah sedih, karena aku bukan seekor kukang yang selalu malu malu menampakkan meganya. Aku adalah seekor semut yang akan selalu mengangkat beban jauh lebih berat tanpa mengutuk-ngutuk adam dan Tuhannya karena Tuhan memberikan ku sebuah rasa dengan keikhlasan yang tiada terkira. Indah.. sungguh.. Dan rasa itu yang menuntunku untuk menepis kesendirian itu. Hey aku tak sebejat itu. Tidak, aku tidak akan membagi sekeping hati yang telah aku sisakan untukmu kepada para pengembara baru yang mencoba untuk singgah dan berlabuh disana. Karena aku akan membiarkan sekeping hati itu tertanam dan mengakar hidup dalam semak semak rindu yang terkadang berbuah dan berbunga atau terkadang hanya akan menjadi makanan ulat ulat kecil saja.
Sekarang aku hanya ingin menjadi yang terbaik untuk diri ku, hidupku dan agamaku. Karena aku bukan cleopatra yang cantik rupa dan dipuja setiap mata memandangnya, tapi aku hanya seseorang hamba sederhana yang mencintaimu dengan bersembunyi di balik doanya. Bukan disini aku menunggumu, bukan hari ini ingin aku memilikimu tapi nanti.. Suatu hari jika torehan tinta takdir Sang Pencipta tergores bersamamu di mahligai keindahannya.

Separuh Dari Satu Yang Utuh

Langit malam yang tadinya hitam kelam, kini memerah, yang sepertinya menandakan pertukaran malam menjadi pagi. Langkah jarum jam seakan terdengar begitu keras pada malam menjelang pagi itu. Yang kemudian mengusik dan mengganggu ku. Seperti ingin memberi tahu kalau,
“sebentar lagi langkahku akan berhenti pada angka 4, tapi kenapa matamu masih menatap langit yang memiliki 3 kotak vertikal dan 4 kotak horizontal yang di sekitarnya tak ada hal yang sepertinya begitu menarik untuk dilihat. Tak ada bulan atau bintang di langit itu, hanya seekor laba-laba tua dengan sarangnya yang tampak begitu tebal. Bukan hal menarik yang mungkin bisa membuatmu terjaga hingga pagi. Hahahaha…”
Aku seperti merasa mendengar semua ocehan dan cemoohan mereka, lalu aku seakan berargumen dengan mereka,
“apa pedulimu jam dinding?, mengapa kau tidak diam saja dan melakukan tugas mu untuk menjalankan waktu agar tetap berputar. Dan kau laba-laba tua, kenapa kau terus memandangiku dengan matamu yang banyak itu, kenapa kau tidak mengurus urusan mu sendiri, atau mungkin kau lebih baik mengganti sarangmu yang sudah tampak lusuh”
Lalu dengan lantang sepertinya laba-laba itu berkata padaku
“memang kamu itu siapa untuk aku perhatikan, jangan salahkan mataku yang lebih dari satu, bukan berarti aku selalu memperhatikanmu, aku punya banyak hal untuk aku lakukan dari sekedar memperhatikan mu. Atau lebih baik dari sekedar memikirkan seorang wanita di luar sana yang mungkin tidak sedang memikirkanmu, atau bahkan sedang tertawa senang entah dengan siapa”
Sindirannya begitu tajam menusukku. Cemoohannya begitu membodohkanku. Lalu dengan nada yang tak mau kalah, aku kembali bersuara pada mereka.
“memangnya kalian yang hanya binatang dan benda mati tahu apa tentang hati, tahu apa tentang cinta. Ini bukan hal yang mudah!”
“jika kamu sadar kalau ini bukan hal yang mudah, kenapa tidak menjadi egois saja dan biarkan cinta itu berakhir di tengah jalan, atau kebingungan di persimpangan”
“kalian memang tidak akan pernah tahu. Jika saja cinta itu mudah, panglima tian feng mungkin tak harus reinkarnasi hingga ribuan kali untuk menemukan sejatinya. Mungkin romeo juga tak harus mati karena meminum racunnya, seperti halnya jack dawson yang terkubur di dasar atlantis demi menjaga hangatnya. Atau mungkin Davey Jones yang harus mencabut jantungnya sendiri dan menempatkannya dalam peti untuk janji abadinya”
Kemudian tak ada lagi suara yang terdengar untuk beberapa saat hingga akhirnya suara musik yang begitu keras mengejutkanku.
“katakan pada mama, cinta bukan hanya harta dan tahta dan pastikan pada semua, hanya cinta yang sejukkan dunia”.
Suara itu terdengar seperti lagu yang sering ku dengar. Tapi dari mana datangnya?, suaranya begitu keras, sepertinya begitu dekat. Aku membuka pintu, berlari ke jalan mencari suara itu. Tapi tak ada suara apapun di luar. Lalu aku kembali masuk ke dalam, dan lagi suara itu masih keras terdengar. Entah gila atau sinting, tapi aku melihat dewa bernyanyi di kamarku. Mereka hanya sebuah poster di balik pintu.
“aku sudah gila…” . bicaraku pada diri sendiri.
“kamu belum gila kawan, dan kamu gak perlu takut. Cinta tak begitu sulit, juga tak harus selalu tentang materi”
Suaranya terdengar besar dan berat, dan aku tahu kalau itu suaranya ahmad dhani yang berbicara kepadaku.
“tapi itu kan lagu dari album yang lama, apa kau tahu kalau keturunan siti nur baya yang sekarang jauh berbeda dari moyangnya, mereka tak lagi mencintai hasan basri, mereka lebih cinta pada yang pasti. Yang pasti mapan, yang pasti tampan. Dan tak bisa dibohongi, bahkan seorang penyanyi yang bernyanyi hanya dengan 3 kata untuk keseluruhan lagunya juga tau, kalau cinta juga perlu materi, dan sudah pasti, tanpa perlu survey lagi, kalau 11 dari 10 wanita pasti setuju akan hal itu. aku seperti merasa apa yang terasa, ketika rasa yang telah lama dikecap kini kian memudar, seperti hambar. Menunggu yang sudah pasti berlalu atau menanti yang tak kunjung pasti”.
Lalu botol-botol yang tadinya penuh kini menjadi kosong setelah ku tenggak, seperti ingin ikut bercerita.
“sudahlah. Non sense itu semua. Buat apa kamu merasakan yang sudah pudar dan hambar. Kamu tidak perlu menanti yang tidak pasti, mari ikut denganku, kita nikmati malam ini”
“lalu apa sebenarnya yang ada?, ketika yang dinanti bukanlah pasti, yang terasa hanya asa yang tak ter-asah, ternyata mimpi yang tak pernah mampir dan bayang yang tak lagi datang.
Lalu apa yang sebenarnya ada?, yang tersisa hanya kiasan pada kertas-kertas lusuh tak ber-tuan, yang bercerita pada bayang dan mimpi yang sedang menanti hal yang tak pasti”.
Botol-botol itu juga tak mampu menjawab tanyaku. Hah, lagi, ku hembuskan nafas bersamaan dengan asap yang keluar melalui mulut dan hidungku.
“ada apa denganmu?”
Suara yang kembali membuatku berpikir kalau aku mungkin sudah gila.
“aku disini, di atasmu”
Ternyata asap yang ku hembuskan tadi berkumpul dan mengepul membentuk subuah tanda tanya. Dengan mengabaikan semua pemikiran tentang aku yang mungkin sudah mulai gila, aku bercerita padanya.
“cinta, kemana dia bawa pergi hatiku?, aku hanya berharap dia tidak terlalu jauh, yang akhirnya membuatnya jenuh, dan kemudian meninggalkan hatiku sendiri, tak tersentuh”.
“memangnya cintamu ada dimana?
“aku juga tidak tahu. Aku hanya tahu tentang perbedaan yang akhirnya membuat kami jauh”
“banyak rasa yang sebenarnya sama jika saja kalian manusia mau sedikit merasa. Dengan tidak hanya melihat warna kulit dan harum buahnya. Sama seperti perbedaan yang kalian miliki, yang jika terlihat, sungguh begitu beragam. Tapi jika saja kalian mau merasa, ternyata banyak rasa yang sama, bahkan ketika kalian sedang menelan perbedaan”
“itu dia yang membuat aku tidak mengerti. Aku seperti dihadapkan pada sebuah rangkaian puzzle raksasa bermotif hati yang telah tersusun dan kemudian dibongkar, mungkin sudah puluhan kali dilakukan. Hingga pada satu saat yang mungkin kesekian ratus kalinya, aku merasa sepertinya ada bagian yang bukan pada tempatnya, atau bisa jadi hilang.
Meski tak lelah terus mencari dan mencoba menempatkannya kembali, tapi tetap saja kelihatannya lain, tak seperti yang biasa dilakukan hingga ratusan kali. Hingga pada satu titik dimana kamu merasa sepertinya ini sudah cukup, mungkin hanya bosan dengan ini, ingin sesuatu yang lain. Dan akhinya membiarkan puzzle itu menjadi susunan yang bingung dan tak berujung”.
“mungkin memang harus seperti itu kawan. Mungkin memang harus ditinggalkan dan biarkan menjadi rangkaian susunan yang tak berujung”
“tapi kenapa harus seperti ini?, apa yang salah?,siapa yang harus disalahkan?”
“tak ada yang salah dan harus disalahkan. Ini sama seperti bunga yang ingin mekar, mengizinkan kumbang dan angin menghisap dan menebar putiknya, untuk menjadi sempurna pada waktunya. Lalu siapa yang nantinya harus disalahkan jika bunga gugur sebelum berkembang?. apa kumbang yang berlebih menghisap sarinya?, atau angin yang terlalu jauh menebarnya?. coba jawab tanya itu”
Otakku seperti memberi perintah pada mulutku untuk menjawab tanya itu, tapi sepertinya aku tak mampu. Lalu tanyaku kembali pada kepulan asap yang keluar dari mulutku.
“hal apa yang mampu membuat kita begitu bersedih?. apa saat kita melihat malaikat yang tak bisa terbang karena sayapnya yang patah, apa cinta yang gugur sebelum berkembang. Atau ketika malaikat pantas untuk mati, haruskah kita menangis untuknya”.
“bersedih dan menangislah saat kau tahu tak ada lagi cinta dihatimu. Bahkan jika itu hanya cinta untuk membenci. Lalu, masih adakah cinta di hatimu?”
“aku tak lagi tahu. Hanya berharap pada waktu, memohon untuk tidak segera berlalu, dan memutar kembali yang lalu, di saat yang sama aku berkata janji pada bunga untuk tidak membiarkannya gugur sebelum berkembang, dan melarang angin untuk bertiup terlalu kencang agar tak membuat sarinya terbang menghilang, dan sempurna saat berkembang.
Mungkin benar apa yang dikatakan jam dinding tadi kepadaku, kenapa aku tidak menjadi egois saja, menjadi angkuh dalam ringkihnya cintaku yang sepertinya masih haus akan pelukan dan sanjungan. Tapi sekuat tenaga akan ku coba menepis semua lirik lagu yang dia mainkan untukku. Aku akan melangkah sombong di antara pengemis-pengemis hati yang lapar akan kasih, sementara aku sedang membohongi diri sendiri bahwa aku masih mencari cinta yang ingin memberi”
ketika aku begitu senang membicarakan tentang ego ku. Tiba-tiba aku dibentak, sangat menghentak karena ego yang coba memanipulasi pikiranku, untuk menjadikan ini sebagai kemenanganku sendiri. Dengan keterpaksaan kebahagiaan yang dengan segala cara coba untuk dipalsukan agar semua terlihat seakan abadi.
Yang ternyata bentakan itu adalah suaraku sendiri, tapi tidak dari mulutku.
“hey. Ada apa denganmu yang merupakan wujud nyata dari aku. Kenapa kau biarkan ego meracuniku, aku hampir sekarat dalam tubuhmu karena ego yang kau biarkan menyerangku. Ada apa denganmu, dulu kita tak seperti ini!”
“hey kamu yang merupakan wujud tidak nyata dari aku. kali ini beri aku maaf yang lebih besar dari tempat cintaku bersandar. Salahkan aku akan segalanya. Beri aku makian akan kemunafikan tentang semua hal yang begitu ku inginkan. Lalu biarkan aku pergi, tersudut dan terdampar. Karena aku bahkan tak pantas memungut cinta yang terpapar. meski harus menggerutu dan menggigit lidahku, semua tak akan kembali seperti dulu. Dan jika pagi nanti cintaku kembali kesini, tolong sampaikan maafku akan seribu rasa yang hambar di tambah seribu warna yang pudar dan seribu janji yang ingkar. Tapi sampaikan juga padanya, bahwa hati yang dibawanya, akan abadi untuk cinta”
Setelah 3 jam pertengkarannya dengan semua benda mati yang dijadikannya hidup, kini pagi pun kembali bersama cinta dan separuh hatinya yang sudah mati. Cinta pun menangis dengan menggenggam separuh hati yang akan abadi.

Surat untuk sebagian surga

Apa kabarmu, cantik?
kuharap kamu tidak sedang terkejut dengan datangnya tulisanku ini. Aku akhirnya memutuskan untuk sekedar menulis surat untukmu saja. Entahlah, aku selalu yakin kamu akan bisa membaca pesanku selain menangkap doaku lewat tuhan, meskipun aku kurang begitu yakin apakah ada internet di surga sana. Aaaah sudahlah. Yang aku pernah tau surga adalah tempat dimana semua keinginan bisa terjadi? Dan itu bukan masalah bagi Tuhan, bukan?
Sayang,,,
Saat menulis surat ini, aku baru saja kembali dari pasien-pasienku. Hmm.. tubuhku terasa usang, dan semacam mau lepas segala tulangku, tapi tak menghapuskan niatku untuk menulis sedikit saja surat cinta untukmu, perempuanku.
Oh ya, kamu tak perlu khawatir lagi, karena sebelum menulis, aku sudah makan sore tadi di jalan, jadi tak perlu kamu pasang muka cemberut lucumu, sambil tetiba mencubit pinggangku, dan memaksaku untuk makan, seperti yang sering kamu lakukan dulu, disini..
Kemarin, tanpa sengaja aku menemukan tulisan manis di bukumu yang sempat tertinggal di tasku. Aku ingat, waktu itu kita terjebak macet di dalam mobil sepanjang perjalanan mengantarmu pulang. Aku baru sadar, kalau ternyata yang kamu tulis adalah ungkapan sayangmu untuk ku jaga sekalipun kamu tak lagi menemaniku di bumi ini,kamu gambarkan kamu, aku, dan analogi cinta meski maut membatasi kita.. seperti saat itu kamu sudah tahu banyak bahwa ada sedikit waktu saja yang tersisa.
Aku terus mengulang-ulang ingatan, bagian ketika aku bernyanyi keras di sebelahmu dengan suaraku yang menurutmu tak ramah lingkungan, namun semua nyanyianku, cukup untuk membuatmu tersenyum sendiri yang entah kamu malu atau lucu menahan mulasmu tentang suaraku. Aku terus ulangi dengan seksama pesan terakhirmu, bagaimana tentang rindu itu kau jaga, ketulusanmu mengalir, semacam suntikan yang memberi energi, semua itu sekejap saja membuatku tertegun tanpa sepatah kata, dan tak berapa lama, kusadari mataku sudah berawan. Aku sungguh merindukanmu,
Kamu tahu?, aku selalu bergelut dalam rindu yang tak berkesudahan. Hal yang selalu tumbuh dan bersemi tak tertahan di dalamku, tapi ternyata aku cukup bahagia dengan itu walau sendirian, Bahkan aku rasa, rindulah yang selama ini menyatukan kita dalam angkuhnya waktu,
Meski sebenarnyaa kamu tak disampingku disini..
Entah mengapa aku selalu menahan nafas setiap memanggilmu sayang di surat ini, juga dalam doa bersama tuhanku.. Belum lagi arsir wajahmu, yang sepertinya membatu di ingatanku. Sering aku membenci pagi, yang selalu memaksaku menyaksikanmu yang tak ada, bahkan sekalipun di layar handphone-ku, dan tak lagi menjadi alasan untuk aku temui menjelang siang. Sejujurnya, aku lebih suka akan malam, saat aku bisa terpejam sebentar, dan menemukanmu disana. Kamu akan muncul teratur seperti darah terhadap jantung, yang berdegup seirama, dan bersama.
Aah, aku tak yakin dimana aku sedang hidup sekarang, yang aku tahu, aku sedang pada titik, dimana semua terlihat samar, dan satu-satunya yang ku lihat jelas adalah kamu.
Perempuan-ku sayang,
Sebelum aku masuk tidur, aku ingin sekedar mengecup keningmu lewat surat ini, mengusap kepalamu tenang hingga kamu terlihat gemas dalam manjamu. Tak usah ragu, pejamkan saja matamu sebentar, karena aku akan tiba disana dan memelukmu erat.
Selamat malam, selamat tidur perempuanku, aku masih akan terus menghitung bagian detik yang berkurang satu demi satu, sampai kita dipertemukan kembali, nanti..

11 Februari 2015

Cara Menginstall Android Studio 1.0 di PC / Laptop Windows

Seperti yang kita tahu Google baru saja merilis Android Studio 1.0 untuk Para Developer Android dalam membuat dan mengembangkan Aplikasi Android. Android Studio 1.0 ini memiliki banyak  fitur yang berbeda ketimbang dari Software IDE (Integrated Development Environment") Eclipse. Seperti Dukungan untuk Android 5.0 Lolipop fitur yang memudahkan Developer untuk menyematkan aplikasi mereka di semua layar Smartphone ataupun Tablet Android.Dan masih banyak lagi yang saya tidak jelaskan satu-persatu.

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio 1.0 ,Installing Android Studio,how to install Android Studio 1.0,
Android Studio 1.0(developer.android.com)



Nah Bagaimana Cara menginstall Android Studio 1.0 ini ?

Android Studio ini memudahkan kalian para Developer Android untuk mengembangkan Aplikasi Android. Dan sudah tersedia didalamnya Android Studio IDE dan Android SDK tools

Ingat !! Pastikan sebelum menginstall Android Studio 1.0 ini kalian harus menginstall JDK 6 atau JDK 7 lalu setting PATH jdk kalian. Mungkin jika kalian sudah menggunakan Android Developer Tools dan ingin beralih ke Android Studio tidak masalah.

Pertama-tama pastinya kita harus mendownload Android Studio 1.0 ini di developer.android.com

Menuju ke Android Studio>>>


Setelah di download Android Studio 1.0 nya lalu kalian buka .exenya
Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
AndroidStudio.exe



Lalu kita tunggu beberapa saat

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Loading


Nah setelah itu sampai muncul jendela Welcome  to the Android Setup.

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Welcome to Android Studio Setup

Lalu kita pilih Next
Lalu plih salah satu atau ceklist semua untuk Menginstall tambahan Android SDK danVirtual Device.


Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Choose Components


Kemudian kita disuruh menentukan lokasi folder yang akan kita install Android Studio 1.0 ini di Personal Computer/Laptop kalian.tentukan saja lokasi folder yang strategis untuk Komputer kalian.
Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Configuration Settings

Nah disini kalian disuruh apakah ingin membuat atau memilih Star Menu Folder.Jika sudah ditentukan
klik Install.
Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Start Menu Folder

Setelah itu kita tunggu proses penginstallan yang sedang berjalan.
Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Installing Android Studio

Setelah beberapa lama kita selesai menunggu proses penginstallannya lalu akan muncul jendela bahwa pengsintallan telah selesai.lalu pilih Next
Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Installation Complete

Lalu Finish. Centang Start Android Studio jika kalian ingin memulai membuka pertama kali Android Studio ini.


Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,

Menu loading Android Studio akan terlihat seperti gambar di bawah.



Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Android Studio first Loading

Nah disini kalian akan melihat tampilan seperti di bawah. Dan terdapat dua pilihan.
Apakah kalian akan mengimport settingan Android Studio versi sebelumnya atau tidak. 
Jika kalian baru pertama kali menginstall atau tidak mempunyai Android Studio sebelumnya.
bisa memilih I do not have a previous version of Android Studio or I do not want to import my settings. lalu kita pilih OK

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Import Setting

Lalu loading berikutnya akan terlihat seperti gambar dibawah.


Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Android Studio Loading


Disini kita akan menunggu lagi untuk mendownload atau menginstall Android SDK tools.

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Download Android SDK tools


Setelah kita menunggu proses  menginstall Android SDK tools. lalu akan muncul jendela seperti gambar dibawah.lalu pilih Finish.

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Downloading Components

Sampai muncul jendela Welcome to Anroid Studio.
Disini kalian sudah dapat membuat project baru untuk membuat atau mengembangkan Aplikasi Android dengan Android Studio 1.0.

Cara menginstall Android Studio 1.0,Android Studio,langkah-langkah penginstallan Android Studio,tutorial install Android Studio,install Android Studio 1.0 di Komputer,install Android Studio 1.0 di Laptop,
Welcome to Android Studio


Demikian Tutorial Cara menginstall Android Studio 1.0.

Untuk pertanyaan tentang Android Studio 1.0 bisa komentar di bawah..