28 September 2015

Tradisi & Budaya di Ternate

Pada umumnya setiap bahasa manapun di muka bumi ini terbagi atas bahasa lisan dan bahasa tulisan. Dalam kesusasteraan juga dibagi atas sastra lisan dan sastra tertulis. Di Ternate, sastra tertulis jarang dijumpai. Hal ini dikarenakan bahasa Ternate tidak mempunyai huruf (aksara) sendiri.

Kesusasteraan di Ternate sebenarnya sudah ada sejak jaman pra-Islam, dengan pengertian bahwa masih belum merupakan sastera tertulis melainkan berbentuk sastera lisan. Sastra lisan di Ternate ini biasanya dituturkan secara turun temurun dari generasi ke generasi hingga saat ini. Dalam perkembangannya seiring dengan perkembangan agama Islam di daerah ini, maka sastera lisan Ternate kemudian ditulis dengan menggunakan aksara Arab.

Seirama dengan perkembangan bahasa Ternate dan Melayu menjadi Lingua Franca di Maluku Utara, maka sastera lisan Ternate pun kemudian menjadi milik masyarakat setempat, sehingga tidaklah mengherankan apabila sastera lisan ini juga mendapat pengaruh dari bahasa-bahasa lokal serta bahasa Melayu, Arab, Jawa, dll.

Sastera lisan Ternate dijadikan syair dalam nyanyian kesenian daerah (seni suara) yang biasanya dilantunkan oleh seorang biduan atau biduawanita untuk mengiringi tarian adat. Ada pula yang hanya dideklamasikan baik dalam bentuk monolog maupun dalam bentuk dialog.

Berdasarkan bentuk dan jenis-nya, sastera lisan Ternate terbagi atas :

· DALIL TIFA
· DALIL MORO
· DOLABOLOLO
· PANTUN
· RORASA
· BOBASO se RASAI
· TAMSIL
· CUM-CUM
· MANTRA
· JARITA
Berdasarkan penyajian (melalui seni suara dan tarian), maka sastera lisan Ternate terbagi atas :

· MORO-MORO se SALUMA
· ANA KONA SIO YAARA
· LEGU
· TOGAL
· LALA / LALAYON

BENTUK DAN JENIS
Sebagaimana halnya dengan kesusasteraan Indonesia yang beragam bentuknya, kesusasteraan lisan Ternate juga kita jumpai beragam bentuk dan jenisnya. Bila ditinjau dari aspek bentuk dan jenis serta isi syairnya, maka sastera lisan Ternate dapat digolongkan menurut kurun waktu, yakni periode pra-Islam dan periode sesudah masuknya agama Islam.

Dalam sastera lisan Ternate dikenal juga bentuk puisi, prosa lirik, dan prosa yang diungkapkan secara singkat dan sederhana. Bentuk dan jenis sastera lisan Ternate terdiri dari :

1. Dalil Tifa. (Bernilai Religius)
Dalil Tifa berbentuk peribahasa yang merupakan pernyataan pendapat umum (warisan leluhur) yang bersifat petunjuk dan nasihat yang diungkapkan dalam bentuk dalil. Isi yang terkandung di dalamnya kebanyakan bernafaskan dalil yang bersifat keagamaan (nilai religius). Pengertiannya diidentikkan dengan tifa (beduk) di mesjid/langgar yang selalu ditalu setiap saat untuk mengingatkan orang mentaati perintah panggilan agama (sholat).

Dalil Tifa sangat digemari oleh orang tua. Dalam percakapan dan nasihat serta wejangan kepada yang muda-muda mereka selalu manggunakan Dalil Tifa ini, karena mempersoalkan masalah: kejadian manusia, datangnya maut, dan kehidupan di alam akhirat. Penyampaiannya kebanyakan oleh orang tua pada waktu mereka melaksanakan pertemuan. Dalil Tifa ini juga dapat didendangkan oleh biduan atau biduanita yang mahir melakukannya.

Contoh : Dalil Tifa

Firman se sabda i sinyata-nyata
Dalil se hadist i siguci ngale
Aki kama obo uwa i sinyafo ka’ahe bato
Gugu Jou nga susudo sigou-gou
Padi Jou nga laranga i ma waro gudu
Nga yakin tike untung toma gam akhirat

Terjemahannya :

Firman dan sabda sudah sangat jelas
Dalil dan hadist diterjemahkan artinya
Lidah tidak bertulang sangatlah ringan
Berpeganglah pada perintah Allah dengan sngguh-sungguh
Buanglah larangannya sejauh mungkin
Dan yakinlah keberuntungan nanti di alam akhirat

Haeran joro tuada
Sofo kama bunga uwa
Haeran joro gambi
Bunga kama sofo uwa

Terjemahan :

Duhai tanaman cempedak
Berbuah tapi tak berbunga
Duhai bunga gambir
Berbunga tapi tak berbuah

Tauhid se ma’arifat ge i mura uwa
I sinyemo aku uwa ma dehe bato
Tamsil haka sonyinga la sigiha nga nyinga
Tamsil ena nee i siade-ade
Tada ngau ni sigise ka ni gugise
Fela lako la ni mina ka ni momina

Terjemahannya :

Tauhid dan ma’arifat itu tidaklah mudah
Tidak akan diberi tahu hanya ujungnya saja
Tamsil memperingatkan supaya simpan di hati
Tamsil sebagai amsal dan ibarat
Pasang telingamu supaya kamu bisa mendengar
Buka matamu supaya kamu bisa melihat

2. Dalil Moro. (Bernilai Nasihat Kehidupan Duniawi)
Sebagaimana Dalil Tifa, Dalil Moro ialah bentuk puisi sastera lama yang dalam peribahasanya mengungkapkan perumpamaan yang berbentuk dalil sebagai contoh untuk ditiru yang merupakan warisan nenek moyang yang telah merasuk dan dihayati, hingga patut ditaati.

Isi dan pengertian syairnya Dalil Moro adalah tentang hakikat kehidupan manusia, bahwa setiap individu masyarakat dituntut dapat menempatkan dirinya dalam masyarakat serta mampu menciptakan suasana keragaman yang dapat menjalin ikatan antara sesama manusia dalam hubungan kekeluargaan sampai ke dalam kelompok yang besar, masyarakat, tapi jangan terbawa oleh situasi yang menggiring ke arah yang tak menentu, terombang-ambing oleh keadaannya.

Penyampaiannya Dalil Moro biasanya melalui percakapan, terutama kalangan orang tua, hal ini sekarang sudah jarang dilakukan. Dalam bentuk nyanyian, seorang biduan atau biduanita yang mahir mendendangkannya. Waktu dan tempat tergantung pada penyair itu sendiri.

Contoh : Transkripsi Dalil Moro

Ino fo ma kati nyinga
Doka gosora se buwalawa
Om doro yo ma mote
Fo ma gororu fo ma dudara


Terjemahan :

Man kita bertimbang rasa
Seperti pala dengan fuli
Matang di pohon dan bersama
Dilandasi kasib dan sayang

Afa doka kamo-kamo
Isa mote hoko mote
Ma dodogu ogo uwa
Tego toma ngawa-ngawa


Terjemahan :

Janganlah seperti iringan awan
Ke barat ikut ke timurpun ikut
Tak tentu tempat berhenti
Terkatung-katung di antara langit

Lobi dai lofo uci
Ma nunako sosoramo
Pasi dai jaha-jaha
Fo nunako rai marua

Terjemahan :

Kelam di timur hendak menurun
Ditandai gumpalan awan berkabut
Lautan luas penuh ikannya
Tentu kita sudah mengenalinya

Kano-kano ri ngongano
Kusu-kusu to busu marua
Jela-jela to sisela
Loloro no roro fodi

Terjemahan :

Tanaman kano-kano yang kuharapkan
Alang-alang tak kusukai lagi
Jela-jela kusisipkan
BukanSemak loloro yang tumbuh terlalu lama

Goraci aku to tike
Jou malo fo binasa
Hira goraci aku to tike
Jou malo dadi badang binasa


Terjemahan :

Emas bisa kucari
Tak ada Tuhan kita binasa
Hilang emas bisa kucari
Bila tak ada Tuhan tentu kita tak ada

Ino fi ma oki mayang
Ma oki mayang non toma titi ino
Giki uwa ngone bato
Fo maku gasa ira afa

Terjemahan :

Mari kita berpadu hati
Berpadu hati seperti mayang sejak dahulu
Jikalau orang lain tidak, tentulah kita
Janganlah kita hidup bermusuhan

Ngone doka dai loko
Ahu yo ma fara-fara
Si rubu-rubu yo ma moi-moi
Doka saya rako moi

Terjemahan :

Kita bagaikan kembang di padang rumput
Tumbuh dan hidup terpencar-pencar
Terhimpun dalam satu genggaman
Bagaikan hiasan seikat kembang

3. Dola Bololo / Dorobololo.
Dola Bololo atau Dorobololo adalah sepotong ungkapan yang terdiri dari dua bait, pernyataan perasaan dan pendapat seseorang dalam bentuk sindiran dan tamsilan, merupakan ciri kebijakan seseorang dalam masyarakat untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya melalui peribahasa kepada seseorang atau temannya agar kawannya dapat memahami dan menanggapi maksud serta tidak merasa tersinggung dengan kehalusan tutur bahasa sindiran yang kita gunakan.

Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Dola Balolo lebih berkesan, berbahasa halus dan sopan, sindiran tak langsung serta mudah dihayati, dipahami maksud dan pendapat seseorang. Dola Balolo disampaikan kebanyakan melalui percakapan antara dua orang atau lebih, di mana saja tempat dan waktu bila bertemu terutama dalam memberikan nasihat dan wejangan / ceramah.

Contoh : Transkripsi Dola Balolo

Fala to mataka-taka
Dego-dego to ruraka
Terjemahan :
Rumah yang aku tak biasa
Ku malu menduduki kursinya

Ha ufo ma taipasi
Moro-moro fo maku ise

Terjemahan :
Memancing ikan di tempat berbeda
Suara dendangan saling mendengar

Sagadi no ngolo-ngolo
Bara lou maginyau

Terjemahan :
Bercerai berai dalam usaha
Bersepakat dengan nasihat moyang

Fira mo si saya gam
Adat yo ma hisa hira
Terjemahan :
Gadis ialah kembang negeri
Adanya abang pagar pelindung

Fira mina mi gogola
Ma rorano hira i nyinga

Terjemahan :
Sakitnya si gadis itu
Kasih si abang saja obatnya

Dara to lefo mapila
Soro gudu to nonako
Terjemahan :
Burung merpati kusayat sayapnya
Terbang jauh pasti ku kenali

Gudu moju si to suba
Rijou si to nonako
Terjemahan :
Masih jauh sudah ku sembah
Bagindaku yang sudah kukenali

Loleo igo ma ake
Kore koa yo i dahe
Terjemahan :
Tergenang bagaikan air dalam kelapa
Angin apa bisa menembusinya

4. Pantun.

Sebagaimana daerah lain di Indonesia, pantun dalam sastera lisan Temate pun mempunyai tempat yang penting di kalangan masyarakat, terutama remaja. Karena pantun ml sangat digemati oleh muda-mudi dalam temu pacaran, sehingga dapat dikatakan bahwa pantun itu dikenal semua generasi. Biasanya pantun juga dilantunkan oleh biduan dengan menggunakan gambus (semacam ganun kecil) sebagai alat pengiring lagu itu.

Isi pantun memberikan kesan: pergaulan muda-mudi, nasihat pergaulan hidup, serta anjuran menuntut ilmu pengetahuan. Penyampaiannya tergantung pada penyairnya.

Contoh : Pantun

Lemo-lemo sagala lemo
Lemo marau rimoi bato
Demo demo sagala demo
Demo malaha rimoi bato


Terjemahan :

Jeruk-jeruk bermacam jeruk
Jeruk daunnya hanya satu
Kata-kata bermacam kata
Kata bermakna hanya satu

Tarate sio Tarate
Tarate ruru masaya roriha
Tarnate sio Tarnate
Tarnate ri’uwa doka sosira

Terjemahan :

Taratai wahai Taratai
Tarate hanyut kembangnya merah
Tarnate wahai Tarnate
Ternate tidak seperti dahulu

Tagi ngoko liba-liba
Bajalan jao gudu kawasa
Gudu moju si to suba
Ri Jou si t nunako

Maknanya : Sesal kemudian tak berguna

Lule-lule ka toma kaha
Sibubu besa siwohe wange
Nage ma pahala laha
Piara ena dadi ka joro

Maknanya : Sesuatu yang saat ini mungking belum Berguna, tapi suatu saat nanti akan bermanfaat jika dipelihara dengan baik.

5. Rorasa (Bobaso se Rasai).

Rorasa bentuk lisan berfungsi dalam kehidupan masyarakat, syairnya berbentuk pernyataan perasaan, nasihat serta petunjuk. Penyajiannya dilakukan pada acara/upacara seremonial tertentu, terutama dalam upacara adat. Rorasa merupakan prakata pada upacara adat. Penyajiannya harus disampaikan oleh pemuka adat atau agama.

Rorasa dilakukan pada acara/upacara seperti :

a. Pelantikan Sultan.
b. Sidego / Sinonako
c. Penerimaan Tamu Agung / Joko Kaha
d. Upacara Perkawinan.
e. Jamuan Makan Adat.
f. Upacara Penguburan Sultan.
g. Upacara adat lainya.

Teks di bawah ini adalah bentuk Rorasa dari sastra lisan Ternate dalam Upacara Pelantikan Sultan Ternate ke-48 pada tahun 1986, (Sultan Haji Mudafar Sjah - II) :

"Sailillah Suba Jou Kolano Lamo-Lamo, Kahlifah magori-gori. Kanange ne toma hijrahtun Nabi ma pariama calamoi seratu raha seromtoha maara Rabiul Akhir i fane nyagi moi se raha mawange Robo oras cako tofkange makutika Qamariah waktu dhuha, si mara Jou Allah Taala mahidayat sekodrati manyinga magaro si dete ngana toma darajatul aliyah manyeku-nyeku toma darajat Kolano.

No Khalifahtur rasyid no tobad dihir Rasul no gugu takbir perintah amar ma’ruf se nahi mungkari, wayah kumul a-dilina bainal Rijali wan nisaa’i, Sailillah Suba Jou Kolano no halifah magori-gori.

No tego toma singgahsana Kolano, ni jojoko no sijoko toma ti’nil Moloku, ni momina se ni gogise mangagu-ngagu intan se yakut ma lili parmata jamrut, mabubela ratna mutu manikam. Mafassyah isi woro toma alam daerah Moloku Kie Raha, Limau Duko se Gapi, Seki se Tuanane matubu, La idadi ka cahaya akal insan Kolano
.

Sailillah Suba Jou Kolano Lamo-Lamo, no khalifah magori-gori. La ngofa ngare ngom bala se kusu se kano-kano, kie se gam mi masi tadu se Jou Kolano ni cahaya budiman malobi-lobi.

Sailillah Suba Jou Kolano Lamo-Lamo, no khalifah magori-gori. Kum-kum ua moju ni sosyusi ka ni Rasul Wajir ngofa ngare Abdul Hamid, Kimalaha Marsaoli to vis Jogugu to sitede ri suba paksaan mangale se to waje-waje, ni Moloku Kie Raha, Tarnate se Todore, Bacan se Jailolo, se ni mie gudu-gudu Sulu se Mindano, se ni mie lofo-lofo Morotai se Morotia se ni sara gudu-gudu Bima se Manggarai se ni sara lofo-lofo Sula se Taliabu.

Ni ronga se ni Bobato Dunia se Bobato Akhirat, Soa sio se Sangaji, Heku se Cim se ni bangsa berbangsa, se ni ngofa-ngofa kolano se ni ngofa ngare pihak berpihak.
Ma istiadat se ma kakasura ma Adat se ma Aturan, ma Galib se ma Likudi, ma Cara se ma Biasa, ma Cing se ma Cingari, ngofa ngare ngom mi moi-moi bala kusu se kano-kano, ronga se Bobato mi tede se mi saha mi si mulia se mi dodoman, daka toma zaman mutakaddimin Jou ni Guru se ni Haji se ngofa ngare ngom mia Baba se mia Ete si tudu kanange ne zaman mutakhirin, Jou se ngofa ngare ngom i tola ua moju toma si futu se wange i tudu hari kiyamat.

Sailillah Suba Jou Kolano Lamo-Lamo, no khalifah magori-gori. Kum-kum ua moju ni sosyusy ngofa ngare Kimalaha Marsaoli to vis Jogugu to tede ri suba paksaan
".

Terjemahan :

"Sailillah sembah Yang Dipertuan Agung, kau khalifah yang utama. Pada hari ini tahun Hijrah Nabi seribu empat ratus lima bulan Rabiul akhir empat belas malam hari Rabu tepat jam delapan pagi waktu dhuha, maka Allah taala dengan hidayat dan kodrat-Nya serta kehendak-Nya mengangkat engkau pada derajat Aliyah di puncaknya pada Kolano.

Engkau Khalifahturrasyid dan Tubaddilur Rasul kau pegang takbir perintah amar ma’aruf dan nahi mungkar, wayahkunul adilina bainal Rijali wan nisaa’i. Sailillah sembah Yang Dipertuan Agung, khalifah yang utama. Engkau bertahta di singgahsana yang agung, kau berpijak di atas tanah Moloku, penglihatan dan pendengaranmu bertaburan intan dan yakut berlilit permata jamrud, berkilauan bagaikan ratna mutu manikam. Fassyahnya terbentang di alam daerah Maloko Kie Raha, Limau Duko dan Gapi, Seki dan Tuanane di puncaknya supaya menjadikan cahaya akal insan Kolano.

Sailillah sembah Yang Dipertuan Agung, kau khalifah yang utama, supaya kami bala dan rakyat, kerajaan dan negeri kami bernaung di bawah sombar cahaya budimanmu.

Sailillah sembah Yang Dipertuan Agung, kau khalifah yang utama. Sebelumnya kami sebagai pejabat tinggi kerajaan ini saya Abdul Hamid, Kimalaha Marsaoli, pemegang kekuasaan Perdana Menteri dengan perkasa mengangkat sembah untuk memberitahukan kepadamu tentang Maloko Kie Raha, Temate dan Tidore, Bacan dan Jailolo beserta wilayah kekuasaanmu di utara terjauh: Sulu dan Mindanao, utara terdekat: Morotai dan Morotia, di selatan terjauh: Bima dan Manggarai, dan selatan terdekat: Sula dan Taliabu.

Pejabat tinggi serta anggota Dewan yang terhormat dunia dan akhirat, Soa Sio dan Sangaji, Heku dan Cim dan juga para bangsa berbangsa, para pangeranmu dan semua pejabat yang berada di bawahmu serta semua hak dan kekuasaanmu, adat dan aturan, galib dan lukudi, semua tata cara serta kebiasaan, Cing dan Cingare, kami semua bala dan rakyat, pejabat dan anggota Dewan, mengangkat dan memuliakan menurut ketentuan terdahulu zaman Mutakaddimin Tuan punya bapak dan kakek, dan kami punya bapak dan kakek sampai ada hari ini zaman Mutakhirin Tuan dan kami tak akan terputus ikatan sampal pada han kiyamat.

Sailillah sembah Yang Dipertuan Agung, kau khalifah yang utama. Sebelumnya pejabat tinggimu, saya Kimalaha Marsaoli pemegang kekuasaan Perdana Menteri dengan terpaksa mengangkat sembah".

6. Tamsil.

Sebagaimana dalam kesusasteraan Indonesia, tamsil dalam sastera lisan Ternate berisi nasihat dan petunjuk mengandung unsur keagamaan, sebagai peringatan kepada pemeluknya agar benar-benar mempelajari ilmu agama dan mengamalkannya selama masih hidup.

Tamsil dilakukan oleh pemuka agama pada acara berkabung dan kematian di rumah tempat acara berkabung itu dilakukan. Tujuannya supaya pendengar yang hadir dalam acara berkabung turut mengenang bahwa mereka pun akan melalui jalan sebagaimana si mati yang telah mendahului mereka itu. Kematian itu datang menjenguk seseorang tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Maka dari itu, selagi masih ada kesempatan (hidup), kita perlu menelusuri dan menuntut tuntutan yang diwajibkan oleh agama.

7. Cum-Cum.

Cum-cum secara harafiah berarti tebak menebak / teka-teki. Cum-cum biasanya dilaksanakan di tempat berlangsungnya acara berkabung pada hari kematian seseorang. Pelakunya muda-mudi, yang terbagi dalam dua kelompok, masing-masing beranggota lima, sepuluh orang atau lebih.

Apabila salah satu kelompok kalah karena tak sanggup menebak tebakan yang diajukan oleh kelompok tandingnya, hukuman bagi kelompok yang tak sanggup menebak itu ialah melaksanakan sesuatu pekerjaan untuk keperluan yang dibutuhkan rumah tempat pelaksanaan acara berkabung pada hari kematian, seperti kebutuhan akan kayu api, maka mereka (kelompok yang kalah) mencari dan mendatangkan kayu api di rumah tersebut.

Kata-kata dalam Cum-cum berbentuk syair. Pelaksanaan permainan didahului dengan perkataan pembukaan mengemukakan ketentuan yang patut ditaati dan dilaksanakan oleh yang kalah.

Contoh : Cum-Cum

Cum madikecum, cum madahe-dahe
Mara cum tero uwa riki non ni kangela
Sidobo-dobo afa sidolo dim i die
Maha nita si fo hida maha yali mai laha
Manyira jang majojo fang tego kokonora
Kapagu yo ngone ngamdi nga ronga lomajaro masinoto
Bela-bela wari, wari fangare bolo nage adi


Terjemahannya :

Tebak usaha tebak, tebak yang tepat
Apabila tebak salah mencari bebanmu sendiri
Diketuk-ketuk jangan ketuk mereka punya
Nanti besok kita lihat, nantipun baik juga
Yang kakak cantik yang adik, cantik terletak di tengah
Di panggung hijau kita berhadapan nama terpancang dua pemisah kilat menyambar, menyambar saya atau siapa lagi

Manuru togugu-gugu i hira sen momina
I doro seni bobaso doka dehe pasa marua
Katu totori tutara, dalul se hate gila fala gam mamunara
Dai ngolo hoko ge bao lele jame-jame
Ge fame tike toma koga?

Terjemahannya :

Melati kepegang hilang dan penglihatan
Ia jatuh dalam perasaanku seperti tanjung ditinggalkan sudah
Atap setangkai, tutara. kayu panjang alamya rumah negeri.i laut lautan kita merasakan putaran arus, rasanya kita cari di mana?


8. Mantera.

Mantra sebagai bagian dan pelengkap budaya daerah mempunyai fungsi dan peran penting dalarn masyarakat masa lampau. Dapat dijumpai di mana-mana mantra itu di seluruh Tanah Air. Penggunaan dan tujuannya sama.

Dalam budaya masyarakat Ternate masa lampau, mantra berfungsi untuk: pengobatan, kekebalan dengan tujuan membela din dan perkelahian ataupun peperangan, agar dikasihi orang, memohon pertolongan dan ruh gaib, mengucap syukur pada ruh gaib, atau menolak bencana.

Dengan kata lain, mantra itu sebagai sastera lisan sangat berfungsi dalam kehidupan masyarakat masa lalu, sedangkan pada masyarakat pedesaan sekarang, mantra itu masih berfungsi pengobatan.

Contoh : Mantera

Bismillah hi rrahm an nirahim
To oro ri salawaku
To oro ri sagu-sagu
Doka ge lulu polote
Makaha mai I robo
Matufa mai lenge
Mamancia ma! soro
Bismillah hirrahman nirrahim
Goyang-goyang I si goyang
Goyang mina mi nyinga ge
Dokajou Nabi Daud
Insya Allah berkat guru berkat Lailaha Allah
Bismillah hirrahman nirrahim
Saya dan saya in
Soya magunaga soya
Garaki sefangare ri saya
Doka jou Nabi Yusuf
Insya Allah berkat guru Berkat la ilaha illallah
Assalainu alaikum
Kama nia kama nau
Wele una kama nau
Ya ma setan, ya ma iblis
Ya manusiaya
Nohida ngori
No giha se nigate se miri masoa seninyinga
Bismillah barakat guru barakat haji
Jin toma ngawa-ngawa Uci (salaijin)
Jin toma ngawa-ngawa Uci la salai fin
Terjemahan :

Bismillah hirrahman nirrahim
Ku ambil perisaiku
Ku ambil tombakku Seperti guruh meletus
Tanah pun retak
Langit pun miring
Musuh pun Ian
Bismillab hirrahnian nirrahim
Goyang, goyang Ia goyangkan
Goyang hatinya itu Seperti Nabi Daud
lnsya Allah berkat guru berkat Lailaha illaIIah
Bismillah hirrahman nirrahirn
Kembang dan kembang in
Kembang wajah kembang
erkejut pada kembang ku
eperti tuan Nabi Yusuf
nsya Allah berkat guru
Berkat La ilaha illaIlah
Assalamu alaikum Pada wanita pada pria
Gantung dia pada tarikan
Ya saitannya, ya iblisnya
Ya mariusia ya Kamu lihat aku
Kau letakkan di antara hati dan perasaanmu dan kasih
Bismillah berkat guru berkat haji,
Jin di kayangan Turun supaya menari-nari Jin di kayangan
Turun supaya menari-nari

9. Jarita.
Jarita adalah bentuk sastera lisan paling tua di Ternate. Jarita dalam sastera Melayu dikenal dengan “Ceritera” atau dongeng. Bentuk sastera lisan ini hampir ada pada semua komunitas manusia dimanapun di muka bumi ini.